"Can't wait for SS4 INA" tulis seorang remaja perempuan di status twitternya. Lalu teman - temannya mulai mengomentari ada yang tidak bisa nonton, ada pula yang bertanya kapan. SS4 INA merupakan sebuah tour konser boyband terkenal asal Korea Selatan, Super Junior. Memang akhir - akhir ini banyak artis dari negeri ginseng tersebut datang ke Indonesia. Bagaimana tidak, demam artis Korea sedang menjadi tren saat ini terutama dikalangan remaja Indonesia. Gayanya yang unik, tarian, performance, serta kostum yang menarik tentu menjadi daya tarik sendiri bagi artis - artis ini.
Salah satu boyband korea yang sangat digemari adalah Super Junior. Boyband beranggotakan 12 orang plus 2 orang tambahan ini mampu menyedot banyak perhatian remaja khususnya di Indonesia. Untuk memenuhi keinginan ELF ( Singkatan dari Everlasting Friends ) sebutan untuk fans SuJu, Boyband yang tadinya beranggotakan 13 orang ini mengadakan konser selama 3 hari berturut - turut di Indonesia yakni tanggal 27,28,dan 29 April 2012 dari jadwal yang direncanakan sebelumnya 28 dan 29 April.
Hal ini merupakan bentuk besarnya minat masyarakat terhadap boyband yang sudah terkenal di Eropa dan Amerika itu.
Belum lagi rencana beberapa promotor untuk mengadakan konser boyband Korea lainnya seperti MBLAQ, nonton bareng film I Am yang dibintangi oleh Shinee, Girls Generation, BoA, DBSK, dan lainnya yang sudah dipastikan tiket akan laris mengingat popularitasnya yang tak kalah besar dengan Super Junior. Keterangan foto : Konser SS4 INA tanggal 27 April di MEIS,Ancol diambil oleh salah satu fanbase Super Junior.
Jumat, 27 April 2012
Kamis, 05 April 2012
Darah Pujangga dalam Nadiku
Sudah kualami perih karena kehilangan...
Sudah kureguk kecewa karena ditinggalkan...
Sudah kudidera luka karena dikhianati...
Semuanya belum seberapa...
Hanya satu derita yang paling menyiksa
Jatuh cinta,
Tapi tak bisa memiliki...
Pernah membaca puisi di atas? Itu adalah salah satu puisi buatan Andrei Aksana. Seorang penulis novel terkenal di Indonesia yang sudah menerbitkan banyak karyanya seperti Abadilah Cinta, Janda - Janda Kosmopolitan, Lelaki Terindah dan masih banyak lagi. Lajang kelahiran Jakarta, 19 Januari 1977 ini pertama kali memulai debutnya sebagai penulis novel di tahun 1992, dengan meluncurkan Mengukir Mimpi Terlalu Pagi. Ia adalah cucu pujangga Sanoesi Pane dan Armijn Pane, dan merupakan anak kedua novelis Nina Pane dan Jopie Boediarto. Kakek buyutnya adalah Sultan Pangurabaan Pane, pendiri surat kabar Surya di Tapanuli, penulis roman Tolbok Haleon, dan pengelola kelompok musik tradisional uning-ungingan. Wajar saja darah seni mengalir kental dalam tubuhnya. Namun ketika dianggap jadi penulis hanya bermodalkan faktor keturunan, ia berkomentar, "Buat saya, bakat hanya 1%, selebihnya adalah kerja keras dan keringat."
Buat pembaca yang senang menulis, agaknya kita perlu belajar dari seorang Andrei Aksana agar berani berusaha lagi dan lagi untuk menghasilkan karya - karya. Terlepas dari keturunan atau bakat, sebaiknya kita mencoba untuk melakukannya daripada tidak sama sekali.
Sudah kureguk kecewa karena ditinggalkan...
Sudah kudidera luka karena dikhianati...
Semuanya belum seberapa...
Hanya satu derita yang paling menyiksa
Jatuh cinta,
Tapi tak bisa memiliki...
Pernah membaca puisi di atas? Itu adalah salah satu puisi buatan Andrei Aksana. Seorang penulis novel terkenal di Indonesia yang sudah menerbitkan banyak karyanya seperti Abadilah Cinta, Janda - Janda Kosmopolitan, Lelaki Terindah dan masih banyak lagi. Lajang kelahiran Jakarta, 19 Januari 1977 ini pertama kali memulai debutnya sebagai penulis novel di tahun 1992, dengan meluncurkan Mengukir Mimpi Terlalu Pagi. Ia adalah cucu pujangga Sanoesi Pane dan Armijn Pane, dan merupakan anak kedua novelis Nina Pane dan Jopie Boediarto. Kakek buyutnya adalah Sultan Pangurabaan Pane, pendiri surat kabar Surya di Tapanuli, penulis roman Tolbok Haleon, dan pengelola kelompok musik tradisional uning-ungingan. Wajar saja darah seni mengalir kental dalam tubuhnya. Namun ketika dianggap jadi penulis hanya bermodalkan faktor keturunan, ia berkomentar, "Buat saya, bakat hanya 1%, selebihnya adalah kerja keras dan keringat."
Buat pembaca yang senang menulis, agaknya kita perlu belajar dari seorang Andrei Aksana agar berani berusaha lagi dan lagi untuk menghasilkan karya - karya. Terlepas dari keturunan atau bakat, sebaiknya kita mencoba untuk melakukannya daripada tidak sama sekali.
Langganan:
Postingan (Atom)